Tuesday, June 15, 2010

Moldmaker

Moulding atau molding adalah sebuah alat manufaktur dengan menggukanan bahan yang rigid atau kaku. Moulding terdapat lubang yang akan diisi dengan cairan plastic, gelas, logam ataupun keramik. ada berbagai macam moulding dalam dunia industri saat ini, diantaranya; injeksi molding, sintering molding, akstruksi molding, blow molding, rotation molding, thermoforming, laminating dan banyak lagi lainnya.

Dilingkungan kampus saat ini banyak penelitian yang memerlukan adanya moulding sebagai alat untuk membuat sebuah benda uji lanjut sebuah bahan. Komposit, sebuah campuran dua bahan atau lebih sehingga menghasilkan struktur baru untuk meningkatkan kualitas bahan dasarnya. Para pakar ilmu, praktisi dan mahasiswa pun berlomba-lomba meneliti bahan komposit baru yang lebih ramah lingkungan dan dan mampu menggantikan bahan- bahan sintetis dan kualitasnya yang lebih bersaing.

Aplikasi dari komposit banyak digunakan pada industri-industri pesawat terbang, otomotif, peralatan elektronik, bahwkan peralatan rumah tangga..

Di kampus kami mahasiswa moncoba meneliti berbagai bahan yang mungkin bisa digunakan sebagai komposit, seperti: koran, serat tebu, rasis, bulu ayam, bulu bebek, dan menggunakan bahan tambah resin serta katalis sebagai media perekatnya,

Road to Dieng

menyambut baik ide rekan kerja saya untuk mengisi liburan panjang, menyampaikan untuk turut serta dalam acara turing sehari ke Dieng. so langsung di rencana rute yang akan di lewati..dan sabtu ..

Wednesday, May 12, 2010

Kasus Ukiran Jepara


Mungkin di antara kita ada yang pernah mendengar kasus ukiran Jepara yang melibatkan orang-orang asing? Kasus itu merupakan warning bagi kita semua betapa sistem perlindungan HKI masih belum sepenuhnya dipahami oleh banyak pihak,bahkan termasuk para penegak hukum sendiri. Kasus ini juga membuktikan adanya misappropriation atau pengambilan hak-hak masyarakat Jepara secara tidak sah oleh orang asing atas karya tradisional mereka berupa ukira-ukiran yang khas itu.
Kasusnya dimulai dari adanya sengketa antara orang-orang asing (Inggris vs Belanda) berkenaan dengan penggunaan desain ukiran Jepara. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membahas sengketa itu sendiri, melainkan lebih pada pengungkapan adanya kesalahpahaman antara sistem perlindungan hak cipta dan sistem perlindungan desain industri. Selain itu, tulisan ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat tentang bagaimana warisan budaya nasional, seperti ukir-ukiran Jepara telah diklaim sebagai desain milik orang asing.

Secara singkat kasusnya dapat digambarkan sebagai berikut: sebuah perusahaan milik orang asing (Inggris) telah membuat katalog, yang di dalamnya terdapat gambar-gambar desain ukiran Jepara. Perusahaan itu telah mendaftarkan katalog tersebut ke kantor HKI dalam rangka memperoleh perlindungan hak cipta. Belakangan, gambar-gambar itu muncul di dalam website yang digunakan oleh orang asing lainnya (Belanda) untuk mempromosikan kegiatan usahanya sebagai pedagang mebel. Orang Inggris mengadukan orang Belanda dengan tuduhan melanggar hak cipta karena telah mengumumkan melalui website desain “miliknya” yang terdapat dalam katalog tersebut.

Dengan pendaftaran dan klaim ini boleh jadi para pengukir Jepara nantinya akan terancam tuduhan melakukan pelanggaran desain jika mereka mengekspor hasil karya mereka ke luar negeri, khususnya ke Eropa. Ini akan menjadi sebuah ironi yang menyedihkan ketika para pengukir tradisional justru terancam haknya untuk menggunakan desain tradisional milik mereka sendiri.

Jika perusahaan atau orang Inggris itu memang berminat memperoleh perlindungan desain, ia seharusnya bukan
mendaftarkan katalog dalam rezim hak cipta, melainkan mendaftarkan dalam rezim desain industri.

Dengan demikian, klaim bahwa desain yang terdapat di dalam katalog itu adalah juga milik dari perusahaan yang mendaftarkan katalog jelas lumayan lucu. Apalagi desain ukiran Jepara adalah warisan budaya dan menjadi hak dari masyarakat Jepara.

Jika desain itu kemudian diklaim sebagai milik perusahaan asing, maka hal itu merupakan tindakan misappropriation yang sangat transparan yang dilakukan oleh orang asing terhadap warisan budaya bangsa, khususnya. (DR.Agus Sardjono)

Pilih Pagar Rumah Anda

Salah satu alasan orang membangun pagar rumah adalah demi faktor keamanan. Ada anggapan, semakin tinggi dan kokoh pagar dari sebuah rumah, maka semakin amanlah rumah tersebut. Namun, dampak negatifnya adalah rumah akan terlihat “sombong” dan angker. Apalagi jika rumah tersebut ditumbuhi berbagai macam tanaman yang tak terurus. Untuk menyikapinya, simaklah kiat-kiat berikut ini.Ketika akan memasang pgar rumah, Anda harus jeli dalam memutuskan jenis pagar apa yang akan Anda pasang. Jika pagar tidak sesuai dengan kondisi rumah, maka hal ini dapat merusak penampilan rumah secara keseluruhan. Walaupun banyak orang akan memilih pagar berdasarkan model yang disukai, tetapi ada hal lain yang harus Anda pertimbangkan saat menentukan pagar untuk rumah Anda.

Pertama, perhatikanlah bahan dasar dari pagar yang Anda pilih. Bahan untuk membuat pagar saat ini sudah bermacam-macam. Ada yang terbuat dari kayu, logam, batu, bahkan tanaman. Untuk menentukan jenis bahan apa yang akan digunakan, perhatikan tipe rumah Anda. Ingat, keserasian antara pagar dan tipe rumah akan menimbulkan keindahan tersendiri ketika orang memandangnya.

Kedua, pilihlah berbagai macam desain yang cocok dengan tipe rumah Anda. Kini, banyak tersedia pilihan berbagai desain pagar, mulai dari klasik hingga modern. Salah satu contohnya, jika Anda memiliki tipe rumah yang minimalis, pilihlah pagar yang berdesain garis lurus. Sementara untuk rumah yang bergaya klasik, Anda dapat memilih pagar yang berlekuk agar anda mendapat kesan yang mewah pada rumah anda.

Ketiga, pertimbangkanlah dengan cermat mengenai tinggi rendahnya pagar yang akanAnda gunakan. Biasanya hal ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan disekitar Anda. Carilah informasi apakah lingkungan tersebut aman atau tidak. Sebagai perbandingan, Anda dapat melihat-lihat kondisi pagar dikiri dan kanan rumah Anda. Agar Anda dapat tinggal dengan tenang, tidak ada salahnya membuat pagar yang cukup tinggi.

Keempat, pagar ibarat garda terdepan dari rumah. Jadi, buatlah pagar Anda semenarik mungkin. Salah satu solusinya adalah dengan mengecat pagar Anda dengan warna yang tepat. Sebelum mengecat pagar, pilihlah warna yang sesuai dengan warna rumah Anda. Selain itu, sesuaikan juga dengan tipe rumah dan warna tembok depan secara keseluruhan.

Sunday, March 7, 2010

Pendidikan Kecakapan Hidup UII

YOGYAKARTA - Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Program Kecakapan Hidup (PKH) yang akan memberikan kesempatan bagi 100 peserta didik untuk memperoleh pelatihan sistem manufaktur terpadu

Ir Agus Taufik dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) mengatakan, 100 peserta didik tersebut nantinya akan mendapat pelatihan ketrampilan pengelasan (las listrik, las karbit, las argon), ketrampilan pembubutan (bubut logam), ketrampilan milling/ frais dan kerja bangku sehingga memiliki kompetensi yang memadai dalam merebut peluang kerja maupun untuk menciptakan peluang kerja secara mandiri.

“Untuk kali pertama ini kita peruntukkan bagi 100 peserta didik terlebih dulu,” kata Agus.

Pada penyelenggaraan kegiatan ini, ujar Agus, UII diwakili Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) dan Program Studi Teknik Industri FTI UII, bekerjasama dengan Dinas Dikpora Provinsi DIY dan Dinas Dikpora Kabupaten Sleman.

UII termasuk salah satu perguruan tinggi penerima block grant dari Direktorat Binsuskel Ditjen Pendidikan Non Formal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional. “UII patut berbangga karena dalam kelompok Program Kecakapan Hidup kerjasama dengan SMK/Politeknik/BLK/Perguruan Tinggi tahun 2009 ini UII menjadi lembaga pendidikan yang dipercaya untuk mendampingi peserta didik terbanyak di DIY, yaitu sejumlah 100 orang," katanya.

Sementara itu Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII Fathul Wahid menjelaskan, mengingat sifatnya sebagai program kecakapan, sasaran program ini adalah kelompok usia produktif (18-32 tahun) dan belum memiliki ketrampilan atau kecakapan hidup yang dapat dijadikan bekal untuk mencari nafkah. Selain itu, peserta didik yang diharapkan akan berpartisipasi berasal dari keluarga kurang beruntung/miskin yang tidak sedang sekolah dan tidak bekerja.

“Peserta juga diutamakan merupakan siswa putus sekolah, minimal pada jenjang SMP dan berdomisili di sekitar kampus UII, yaitu di wilayah Kecamatan Ngaglik dan Depok,” kata Fathul.

Para peserta program nantinya akan mengikuti pelatihan selama dua bulan dengan perhitungan waktu pelatihan per hari minimal dua jam. Selama proses pelatihan peserta akan dididik dalam sistem pembelajaran yang dikembangkan dengan mengacu pada pembelajaran aktif (active learning) didukung instruktur berlatar belakang asisten dosen dan asisten praktikum industri di laboratorium Proses Produksi Teknik Mesin FTI UII.