Sejak tahun 2000 inilah kenyataan yang saya temukan, mengapa agama melarang nafsu berlebihan dan pamrih. Selalu banyak minta…imbalan. Perhitungan amat sih.
Dulu ketika belajar mencari keluarbiasaan spiritual, tentu saya kepingin “jadi” seperti keluarbiasaan yang ditunjukkan para guru.
Hari demi hari saya lalui dengan ritual ibadah yang luarbiasa, yang saya pikir dapat lebih cepat mendapat keluarbiasaan. Namun hari demi hari, justru gangguan yang gak kelihatan menerpa saya, dan keluarga. Syukurnya, setiap case menerpa… saya dapat penangkalnya…dan lenyaplah gangguan tersebut. Dan ini terus berlanjut hingga tahun 2007, hingga menemukan keikhlasan total menjalankan KehendakNya. Dan baru menyadari kenyataan makna ikhlas dan dampak ribuan kasus gara-gara bernafsu ibadah.
Inilah kenyataan yang terjadi ketika marak acara ruqyah, yang ternyata dalam tubuh pasien-nya banyak diganggu jin. Kadangkala sang peruqyah bisa mengatasi, namun juga gagal karena 'yang ganggu' ternyata lebih kuat.
Seperti halnya banyak alumni Mahakosmos yang saya tegur halus, karena satu sisi masih berkonsep ikhlas namun prakteknya masih saja “ritual spiritual” yang berharap sesuatu, ambisi, nafsu berlebihan.
Sehingga badan jadi sakit, dan keluarga diganggu sesuatu yang tidak kelihatan.
Ketika sesuatu yang mengganggu badan dan keluarga itu saya ikhlaskan kepada Allah untuk dipindahkan ke badan orang lain sebagai mediasi. Maka sang mediator jadi berubah garang, dan kasar….layaknya gorilla.
Kemudian saya tegur atas namaNya…dan melunaklah dia.
Ketika bersumpah atas namaNya, mengakulah dia bahwa dia datang karena amalan wiridan ibadah dari sang alumni ini…karena nafsu akan sesuatu yaitu agar semua orang tunduk padanya. Terutama atasan di kantor dan rekan-rekan bisnisnya.
Niat bernafsu akan sesuatu yang berbalut ibadah itulah yang menjadikan sang pengganggu ini datang sesuai karakteristik-nya.
Pantas saja, sudah diruqyah berkali-kali disana sini, mendatangi orang berilmu… namun gangguan ini sangat kuat. Susah ditaklukkan.
Inilah bedanya, “sang penggoda” yang datang tergantung dari niat nafsunya dan ritual amalan spiritualnya. Semakin kuat nafsu pamrihnya dan semakin kuat wiridan yang berlandas nafsu ini, maka akan semakin kuat “gangguan penggoda” yang datang.
Akhirnya setelah sang alumni ini intropeksi, menyadari kekhilafannya yang “dia tidak tahu”, maka sang pengganggu itu pergi. Dan tubuhnya yang sakit kembali sehat sempurna.
Inilah kenyataannya, “sebagian besar” yang saya terapi kesehatannya datang dari gangguan seperti ini. Gangguan yang datang karena hawa nafsu, ambisi, motif yang berwarna warni. Yang bisa datang dari kalangan yang “ngeh” agama maupun yang tidak.
Niat nafsu pamrih, ambisi berlebih inilah layaknya HUKUM LAW OF ATTRACTION yang menarik energi sejenis yang sama, energi negatif yang juga berlebih, yang datang dari sesama mahluk ciptaan Tuhan di dimensi halus.
Gangguan ini akan lebih kuat menarik justru dari kalangan yang gemar ibadah namun punya niat lain, ambisi yang kuat, nafsu yang berlebih.
Hingga ketika diterapi hati, yang keluar karena “tertarik” ini bisa puluhan jumlahnya. Pantas saja, badan sering sakit, kepala pusing, kadang badan berat sebelah, dan punggung seperti ada gendong. Digendong kemana-mana.
Itulah dia, "yang membisikkan ke dalam rongga2 dada manusia....."
Benarlah, semua berawal tergantung dari niatnya.
Ketika kita ikhlas berserah total, yaitu keselarasan ikhlas antara pikiran, hati dan seluruh anggota tubuh kepada Sang Penguasa Semesta Alam. Tanpa diminta pun, maka hukum Law of Attraction akan bekerja. Akan menarik Dia kedalam hidup kita.
Bersih, tentrem, adem, bahagia, selalu tercukupi…. yang tak ternilai.
Kalau cuma meminta sesuatu…maka cuma dapat sesuatu itu saja.
Ikhlas padaNya…. Maka mendapatkan semua dari Dia yang menyelimuti semesta alam.
Thursday, December 24, 2009
Kenyataan Metafisik: Efek nafsu ambisi berlebih, apalagi dengan balutan ibadah
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment