Thursday, December 11, 2014

Candi Plaosan: Simbol Persatuan & Cinta

Candi Plaosan





Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections..


Adalah sebuah lagu dari John Legend dengan judul All of me..begitu melekat dihati ketika mengunjungi Candi Plaosan di Prambanan, Klaten. Dalam nya rasa dalam lagu cinta ini tentang perasaan seorang yang begitu mencintai pasangannya, bahkan dalam setiap kekurangannya adalah sebuah kesempurnaan..oh begitu mengharukan..

Kunjungan ke Candi Plaosan di bulan Oktober kemarin adalah dalam rangka survei untuk sebuah acara besar tentang pemahaman spiritual. Bersama Om Dono, Bro Jontex, Yessaya kami melaju dari Wijilan dengan 2 sepeda motor. Jalur yang kami lewati adalah Jokteng timur, gedong kuning, JEC, Janti dn melaju jalur jalan Solo. 

Petunjuk arah ke Candi Plaosan dari Candi Prambanan dan Candi Sewu..
Sungguh gak dinyana jalur itu padat merayap, yang seharusnya kami mengambil jalur arah Piyungan gan, haha..tapi yo es rapopo.. Cuaca sunguh panas dikala itu, musim kemarau kala itu terasa lama nian.  Akhirnya sekitar sejam perjalanan kami hinggap di Prambanan Klaten, berhenti sejenak di sebuah swalayan untuk menenggak minuman, huah sueger nya teh kotak dingin ini Gan.. haha..

Letak & Lokasi:
Candi Plaosan ini berada sekitar 2,6 Km dari Candi Prambanan dan sekitar 1,5 Km ke arah timur laur dari Candi Sewu Gan.. Secara administratif, kompleks Candi Plaosan terletak di Dukuh Plaosan Desa Bugisan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Untuk menuju ke kompleks Candi Plaosan ini dapat melalui jalan raya Prambanan-Manisrenggo,  ketimur sekitar 300 m dari pagar kompleks Candi Prambanan ketemu perempatan lalu belok ke kiri atau ke arah utara kurang lebih 1,5 km. Sampai di perempatan di mana bisa kita jumpai kantor BPCG (Balai Pelestarian Cagar Budaya) belok ke kanan atau arah ke Timur sekitar 200 m.
Tentang Candi Plaosan
Akhirnya tersampailah ke lokasi candi, langsung motor kami parkirkan di parkiran kendaraan yang dikelola warga sekitaran Candi Plaosan Gan. Berjalan menuju pos penjagaan dan laporan tentang kegiatan yang akan kami lalui beberapa hari mendatang.
Lokasi Candi ini memang begitu istimewa, berada di area persawahan masyarakat menambah suasana semakin natural.

Sejarah Candi Plaosan: 
Prasasti peresmian
Candi Plaosan yang merupakan candi Buddha ini oleh para ahli diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu (Mataram Kuno), yaitu pada awal abad ke-9 M. Salah satu pakar yang mendukung pendapat itu adalah De Casparis yang berpegang pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842 M). Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan, dengan dukungan suaminya. Menurut De Casparis, Sri Kahulunan adalah gelar Pramodhawardani, putri Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Sang Putri, yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, yang memeluk agama Hindu.






Prasasti peresmian
Pada bulan Oktober 2003, di kompleks dekat Candi Perwara di kompleks Candi Plaosan Kidul ditemukan sebuah prasasti yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M. Prasasti yang terbuat dari lempengan emas berukuran 18,5 X 2,2 cm. tersebut berisi tulisan dalam bahasa Sansekerta yang ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno. Isi prasasti masih belum diketahui, namun menurut Tjahjono Prasodjo, epigraf yang ditugasi membacanya, prasasti tersebut menguatkan dugaan bahwa Candi Plaosan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.


Gambaran umum Candi Plaosan:
Komples Candi Palosan terbagi dalam 2 (dua) kompleks yaitu : Kompleks Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Candi Plaosan ini mempunyai latar belakang agama Budha. Berlainan dengan kebanyakan candi dan kelompok candi di Jawa Tengah yang pintu utamanya menghadap ke Timur, Candi Plaosan justru menghadap ke Barat. Kiblat seperti ini biasanya terdapat pada candi-candi di Jawa Timur.
Nampak Candi Plaosan dari pintu masuk
Salah satu Candi Pewara
Candi Plaosan ditemukan pada 1867. Penelitian pertama dilakukan oleh Ijzerman pada 1909. Beberapa kali pemugaran pernah dilakukan di sana, yakni pada candi perwara, stupa, pagar batu, dan gerbang gapura. Beberapa tahun kemudian giliran candi induk I pada 1960 dan candi induk II pada 2001.
Stupa dari batu putih

Gambaran candi Plaosan merupakan perwujudan satu Triatna yaitu Budha yang berarti melihat kebenaran, Dharma yang berarti jalan untuk mencapai kebenaran, dan Sangha yang berarti pasamuan suci, tempat pembelajaran guru dan murid yang diwakili para rahib. Candi Plaosan ini sangat dimungkinkan sebagai Candi Wihara, didirikan sebagai tempat para pendeta untuk bersemedhi.

Lambang-lambang patung yang terdapat di candi Plaosan bukanlah lambang Budha sebagai diri, akan tetapi Budha sebagai lambang kekekalan - kesempurnaan. Dimana lambang tersebut diapait oleh dua Bodhisatwa, yang merupakan lambang yang mau mencapai kesempurnaan.





Kompleks Candi Plaosan Lor/Utara
Kompleks Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama (Candi Kembar). Candi yang terletak di sebelah kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan) dinamakan Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. 
Sebelum masuk Candi Utama sisi selatan dai Candi Plaosan Lor/Utara
Candi Utama selatan
Di bagian utara kompleks terdapat bangunan Mandapa dengan beberapa arca Buddhis. Kedua candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta  58 buah candi perwara, juga parit buatan. Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arca Dhyani Boddhisatwa. Walaupun candi ini adalah candi Budha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara agama Budha dan Hindu. Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 oleh Dinas Purbakala. Sementara itu, Candi Induk Selatan dipugar pada tahun 1990-an oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.
Sedang proses renovasi candi pewara
Arca Buddis yang berada di sekeliling Mandapa, sisi utara komplesk candi
Kompleks Candi Plaosan Kidul/Selatan
Berbeda dari Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul belum diketahui memiliki candi induk. Pada kompleks ini terdapat beberapa perwara berbentuk candi dan stupa. Sebagian di antara candi perwara telah dipugar. Candi Plaosan Kidul terdiri dari dua bangunan utama. Sebagian dari Kala Makara didekorasi dengan antefixe dan pintu masuk, yang dihiasi dengan motif tumbuh-tumbuhan.  
Pintu masuk candi utama
CANDI PLAOSAN : SIMBOL PERSATUAN & CINTA
Dari data sejarah yang tertulis pada prasasti berupa relief dan tulisan Jawa kuno yang ditemukan di Candi Plaosan disebutkan bahwa Candi Plaosan adalah candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama (Kuno) yang dibangun sebagai bukti kecintaan Rakai Pikatan kepada Pramodhawardhani. Dalam riwayat itu disebutkan, pernikahan antara Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani sebenarnya tidak disetujui oleh keluarga mereka masing-masing. 
Arca pada Candi utama sisi selatan
Arca pada Candi utama sisi selatan
Keduanya memang berasal dari keluarga besar (Dinasti) yang pernah berjaya di Jawa namun berbeda prinsip, budaya, dan agama. Rakai Pikatan merupakan raja ke-6 dari silsilah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Lama dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu pada sekitar tahun 847 sampai 856 M. Sedangkan sang permaisuri, Pramodhawardhani, adalah anak gadis Samaratungga dari Dinasti Syailendra.
Arca

Arca
Maka tak heran jika kemudian Candi Plaosan, dikenal sebagai bangunan yang melambangkan penyatuan dua perbedaan. Bangunan abad ke-9 ini mengingatkan harmoni tanah jawa dalam toleransi berbangsa dan bernegara,  ini merupakan sejarah politik yang mempertemukan dua kekuatan adidaya Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodharwadhani, anak gadis dari Samaratungga keluarga Syailendra. Candi Palosan ini merupakan simbol bersatunya dua wangsa.
Relief di candi sisi selatan Gan
Sisi timur dari kompleks candi
Selain sebagai lambang penyatuan politik, Candi Plaosan ini dapat dikatakan sebagai bukti fisik perpaduan antara agama Budha dan Hindu. Berdasarkan latar belakang sejarahnya, candi ini memang dibangun oleh dua orang yang memiliki perbedaan latar belakang agama. Pramodhawardani berasal dari wangsa Syailendra yang beragama Budha, sedangkan Rakai Pikatan merupakan salah satu raja mataram Kuno yang beragama Hindu. Candi Plaosan ini merupakan simbol bersatunya dua agama.



Ketika cinta sejati itu hadir dalam diri sepasang kekasih, maka tidak ada kekuatan apapun yang dapat memadamkannya. Cinta adalah kekuatan supernatural yang mampu menyatukan dua pribadi menjadi satu. Kebebasan cinta terletak pada kedasyatannya dalam memberikan diri seutuhnya, jiwa dan raga seluruhnya kepada sang tercinta. Cinta sejati membuat seseorang menemukan dirinya sendiri di dalam orang yang ia cintai.
Candi utama sisi utara
Megahnya candi utama sisi utara
Kendati menuai banyak tentangan, Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani tetap berkehendak menikah. Maka dibangunlah candi sebagai simbol keabadian cinta kedua insan tersebut. Konon, pembangunan candi ini dikerjakan sendiri oleh Rakai Pikatan yang dibantu istri tercintanya.
Candi utama sisi utara dari Candi Plaosan Lor/Utara
Wujud Candi Plaosan adalah berupa candi kembar, sebagai lambang pasangan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, yang dibagi dalam dua sisi. Pada relief candi yang terletak di sisi utara, yang konon dibangun oleh Rakai Pikatan, digambarkan sosok perempuan sebagai wujud kekaguman dan kecintaannya kepada Pramodhawardhani. Sedangkan relief candi di sisi selatan yang menampilkan gambar sosok pria, dipercaya merupakan hasil karya dari Pramodhawardhani sebagai bentuk penghormatan, pengabdian, dan kasih-sayang kepada sang suami, yakni Rakai Pikatan.
View dari sisi utara kompleks candi
Bagi Pikatan / Pramodhawardani  adalah pantulan jiwanya/ adakah yang dapat diperbuat dari seorang gadis yang telah ditawan oleh api cinta/ yang hatinya telah tertambat erat pada pria pujaannya/ selain ingin bertemu dengan sang-penambat hati./ Yang syair-syairnya bernyanyi laksana kidung surgawi/ dan berbisik kedalam telinganya bagai hembusan angin nan lembut / yang membuatnya terhanyut dalam simponi kerinduan/ laksana gelombang laut yang menghanyutkan bahtera jiwanya/ didalam lautan perasaannya yang tak bertepi dan berdasar.


Terkadang manusia lupa/ bahwa CINTA diciptakan / agar sesama manusia bisa saling melengkapi dan saling menyayangi./ CINTA tidak diciptakan oleh agama/Tapi CINTA diciptakan lewat hati..
Adhieswand sedang mengamati detail relief candi..wkwk..
Candi Plaosan
Ya, begitulah kiranya kisah yang tersirat pada Candi Plaosan.. Semoga dapat menambah pemahaman kita semua..Salam Hangat dari Jogja..





3 comments :

Velysia Zhang said...

Gak kalah indah sama Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Nice shot, thanks for sharing :)


www.littlenomadid.blogspot.com

Adhieswand said...

yea.. Vely.. your journey is so amazing..

BELAJAR BAHASA said...

ulasan menarik