Friday, September 12, 2014

Candi Sojiwan

 
Sore kemarin menjelang petang kami rombongan melaju ke Candi Sojiwan dalam rangka survei tempat untuk acara besar bulan Oktober nanti.. Adalah Candi Sojiwan menjadi tujuan kami, beru dengar juga saya waktu ini. Lokasi Candi Sojiwan ini cukup dekat dengan Candi Prambanan, sekitar 4 km ke arah selatan Candi Prambanan, berada di dataran dan di tengah pemukiman warga sehingga tak dapat kita saksikan dari jalan utama Jogja Solo..


Candi ini terletak dalam kompleks yang cukup luas dengan taman yang asri dan terpelihara rapi. Kompleks ini baru diresmikan setelah dipugar ulang pada bulan Desember 2011 oleh Mendikbud Ir. Mohammad Nuh. Awalnya candi ini hanya berupa bangunan setengah jadi  yang terlihat seperti tumpukan batu saja. Mulai tahun 1996, candi ini direkonstruksi, namun malah runtuh gara-gara gempa bumi yang mengguncang Yogyakarta dan sekitaranya pada bulan Mei 2006. Setelah gempa, candi ini dibongkar ulang untuk kembali direkonstruksi hingga berbentuk seperti sekarang. Kompleks candi ini terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Untuk memasuki candi ini, Anda cukup mengisi buku tamu dan membayar seikhlasnya. Saran saya, bayarlah paling tidak 5000 per orang seperti tarif masuk candi-candi lainnya.


Candi Sojiwan adalah monumen dari jaman Dinasti Mataram Kuno abad VIII – X yang dibangun oleh Raja Balitung sebagai bentuk penghormatan untuk neneknya Nini Haji Rakryan Sanjiwana yang beragama Budha. Relief di kaki Candi Sojiwan memuat ajaran moral agama Budha dalam bentuk cerita binatang atau fabel. Di antara relief ini ada relief yang menggambarkan seekor kera yang menyiasati buaya sehingga bisa menyeberang sungai, mungkin mirip dengan cerita kancil yang kita kenal. Ada juga relief yang menggambarkan perlombaan antara garuda dan kura-kura. 



Ciri khas candi ini adalah adanya sekitar 20 relief di kaki candi yang berhubungan dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Dari 20 relief ini, tinggal 19 relief yang sekarang masih ada. Cerita-cerita tersebut tertuang dalam relief yang terpahat pada bagian kaki candi, berupa fabel berisi pesan-pesan moral agama Budha.



Beberapa cerita yang ada di Candi Sojiwan:
Seorang Prajurit dan Seorang Pedagang | Dua Ekor Angsa Menerbangkan Kura-Kura | Garuda Berlomba Dengan Kura-Kura | Buaya Menginginkan Hati Kera Perkelahian Banteng dengan Singa | Gajah dan Setangkai Kayu | Seorang Laki-Laki dengan seekor Singa | Seorang Perempuan dan Seekor SerigalaPemburu dan Serigala | Ketam Membalas Budi | Seekor Burung Berkepala Dua Bercerita | Kambing dan Gajah | Orang Berkepala Singa | Lembu Jantan dan Serigala | Kinnara.



Di sebelah utara bangunan utama Candi Sojiwan terdapat dua deret struktur Candi Perwara Stupa. Salah satu candi ini telah direkonstruksi dengan bentuk stupa yang lebih langsing dibanding stupa Candi Borobudur. Selain itu, stupa ini berbentuk padat, tidak berisi patung Budha seperti stupa Candi Borobudur. Ada pula struktur parit keliling di sekitar Candi Sojiwan. Pengunjung juga bisa menyaksikan tumpukan batu-batu purbakala yang belum bisa direkonstruksi disisi selatan Candi.


Seperti dijelaskan di awal, Candi Sojiwan sendiri berbentuk unik dengan perpaduan bangunan Candi Prambanan dengan puncak Stupa Candi Borobudur namun lebih ramping. Candi ini cukup besar bila dibanding candi-candi lain di sekitar Candi Prambanan. Di depan candi ini terdapat bangunan seperti gapura tepat sebelum masuk candi utama yang umum terdapat di candi-candi lain. Di dalam candi ini hanya ada satu ruangan kosong, mungkin dulunya hanya digunakan untuk sembahyang dan menaruh sesaji. Kalau diperhatikan dengan seksama, banyak batu-batu candi yang masih baru menandakan banyak bagian candi yang merupakan hasil rekonstruksi. Namun hal ini justru mempercantik bangunan candi, tentu dengan tetap memperhatikan bentuk aslinya karena rekonstruksi ini tentunya hasil studi para ahli di bidang arkeologi.


Kompleks candi ini sangat menarik dan indah karena tamannya rapi dan bersih, melengkapi bangunan candi yang unik. Selain itu, candi ini sendiri diapit sawah-sawah sehingga menambah keasrian lingkungan sekitarnya. Cocok sebagai obyek fotografi maupun lokasi foto prewedding dan foto model. Apalagi candi ini masih relatif sepi sehingga Kita tidak banyak terganggu pengunjung lain. Jadi, jangan lupa sempatkan mengunjungi candi unik ini jika datang ke kota indah Yogyakarta.


2 comments :

Unknown said...

cita-citane arkeolog po ya om Adi ki.

Adhieswand said...

haha.. iyo Pak.. peninggalan leluhur yang tak ternilai harganya..