cerita ini saya ambil dari email seorang teman...
semoga bisa menjadi pelajaran buat kita semua...
************************************************************************
***************
>> Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun
menjelang
>> pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak
baik
>> dan lebih menuruti apa mauku.
>>
>>
>> Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam
dan
>> pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi,
>> kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit,
makannya
>> pun
>> sedikit. Aku pikir dia workaholic.
>>
>>
>> Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia
>> pulang
>> kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak
>> pernah
>> romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan
hal2
>> seperti itu sebagai ungkapan sayang.>>
>>
>> Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua,
bahkan
>> makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja
makan
>> berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan
yang
>> terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
>>
>>
>> Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main
dengan
>> anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat
pendiam,
>> aku
>> menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
>>
>>
>> Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan
kami.
>> Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku
tergolek
>> sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di
kantornya,
>> dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS,
karena
>> sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU,
seorang
>> perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama
meisha,
>> temannya Mario saat dulu kuliah.
>>
>>
>> Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak
pernah
>> melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya
bersinar
>> indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara,
seakan2
>> waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan
dan
>> penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin
serangga
>> yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
>>
>>
>> Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah
dulu,
>> Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman
yang
>> akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor
mereka
>> yang
>> mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya
bertemu
>> dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya
bekerja.
>>
>>
>> Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis
pada
>> Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam
>> sehari
>> bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan
mulai
>> sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan
>> komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia
bilang,
>> ada pekerjaan yang membingungkan.
>>
>>
>> Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih
dirawat di
>> RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah
kesal,
>> karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan
menyapa
>> dengan suara riangnya,
>>
>>
>> " Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak
mau
>> makan juga? uhh. dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus
>> mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring
nasi
>> itu sudah habis ditangannya. Dan..aku tidak pernah melihat tatapan
penuh
>> cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak
pernah
>> seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
>>
>>
>> Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya
>> membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku.
Lebih
>> sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan
>> anaknya.
>> Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan
yang aku
>> buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak
>> pulang
>> kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari
rasa
>> sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
>>
>>
>> Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha
>> begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan
>> membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku
>> nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang
lucu2.
>>
>>
>> Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati
>> bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang
>> bergejolak
>> dihatinya.
>>
>>
>> Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah
>> menyangka,
>> hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
>>
>>
>> Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun,
rambutnya
>> keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil
membuka
>> password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat
papa
>> buat
>> tante Meisha ?"
>>
>>
>> Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
>>
>>
>> Dear Meisha,
>>
>>
>> Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung
>> hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan
pada
>> Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku
>> mencintainya,
>> karena dia ibu dari anak2ku.
>>
>>
>> Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2
>> mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku
memandangmu,
>> tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak
>> menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika
konflik2
>> terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak
>> sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari
>> untuk
>> mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku
>> menikahinya.
>>
>>
>> Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti
>> ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin
yang
>> tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti
>> pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun
>> tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
>>
>>
>> Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik
>> orang
>> lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan
kami.
>> Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa
melihat
>> Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia
inginkan
>> selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku,
tapi
>> tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun
ada
>> tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau
mengerti,
>> you
>> are the only one in my heart.
>>
>>
>> yours,
>>
>>
>> Mario
>>
>>
>> Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun
baru
>> berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti
dan
>> menyayangiku.
>>
>>
>> Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku.
Dia
>> mencintai perempuan lain.
>>
>>
>> Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir
setiap
>> hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan
di
>> lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
>>
>>
>> Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku
mengumpulkan
>> tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan
motor
>> untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku
>> tidak
>> pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan
baju. Aku
>> terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena
aku
>> malu
>> terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua.
Ternyata dia
>> memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
>>
>>
>> Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga
seorang
>> perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa
dia
>> tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak
>> menginginkan
>> aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan
>> melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
>>
>>
>> Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia.
>> Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan
pura2
>> tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan
itu.
>> Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu
>> mencintainya.
>>
>>
>> **********
>>
>>
>> Setahun kemudian.
>>
>>
>> Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah
>> pemakaman
>> itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
>>
>>
>> " Mario, suamiku..
>>
>>
>> Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali
bekerja
>> dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona
>> padamu
>> yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak
>> bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin
>> memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja,
dan
>> tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya
diam
>> dan menuruti keinginanku. Aku pikir, aku si puteri cantik yang
diinginkan
>> banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku
>> sehingga mau melakukan apa saja untukku...
>>
>>
>> Ternyata aku keliru.. aku menyadarinya tepat sehari setelah
pernikahan
>> kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman
kantor
>> dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
>>
>>
>> Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ?
Kenapa
>> kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu
menjadi
>> istriku ?"
>>
>>
>> Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
>>
>>
>> Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah
bahagia
>> bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku
bukanlah
>> wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
>>
>>
>> Istrimu,
>>
>>
>> Rima"
>>
>>
>> Di surat yang lain,
>>
>>
>> "...Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi
sedingin
>> es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah
melihat
>> cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang
penuh
>> cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha.."
>>
>>
>> Disurat yang kesekian,
>>
>>
>> "...Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
>>
>>
>> Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2
padamu,
>> aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku
>> belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku
tidak
>> lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar
dengan
>> ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku
selalu
>> meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang
ini? Aku
>> merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau
aku
>> suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu,
dirumah
>> sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu
>> bermasalah...
>>
>>
>> Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan
tetap
>> berusaha dan menantinya...."
>>
>>
>> Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata
indahnya.
>> dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
>>
>>
>> Disurat terakhir, pagi ini.
>>
>>
>> "......Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.
Tahun
>> lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu
>> pulang,
>> karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin
>> aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah
>> kuyup,
>> karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai
>> motor.
>>
>>
>> Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran
>> dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya
tidak
>> sakit.
>>
>>
>> Tahukah engkau suamiku,
>>
>>
>> Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan
hampir 9
>> tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu
dari
>> matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?..."
>>
>>
>> Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
>>
>>
>> " Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat
>> keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya
kepadaku.
>> Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti
>> siang
>> itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi
aku
>> selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika
mama
>> menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan
kecepatan
>> tinggi.. aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante... aku
melihatnya
>> masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.." Jelita memeluk
Meisha
>> dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk
merasakan
>> sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
>>
>>
>> Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario
>> mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya Meisha ingin Rima
>> membacanya.
>>
>>
>> Dear Meisha,
>>
>>
>> Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi
marah2
>> dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan
tubuh
>> basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya.
Tiba2
>> aku
>> baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai
>> bergetar.. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?
>>
>>
>> Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha.
Dan
>> besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan
mobil
>> mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan
>> karena
>> dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku..
>>
>>
>> Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk
>> disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya
telah
>> terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang,
ketika
>> seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.
>>
>>
>> Jakarta, 7 Januari 2009